Allah
memilih laki – laki atau perempuan untuk menjadi hambaNya dalam perpanjangan
LidahNya kepada manusia bukan karena jenis kelamin mereka tetapi karena Tuhan
meresa mereka pantas dan mempunyai porsi masing – masing dalam mengerjakan
Tuhan. Pada perjanjian lama, laki – laki merupakan pemimpin dan perempuan
merupakan penolong mereka sedangkan perempuan dipilih menjadi pemimpin hanya
untuk beberapa kasus. Debora dan Miriam adalah contoh beberapa kasus ketika
Allah memilih mereka untuk menjadi hambaNya dalam mengurus umat KesayanganNya,
Israel.
Pada
perjanjian baru, Allah sekali menekankan bahwa laki – laki dan perempuan itu
sama di hadapan Allah(I Kor 11:3). Ketika Allah berkenan kepada laki – laki
atau perempuan untuk menjalankan perintahNya, Ia tidak meninggalkan hambaNya
sendirian dalam menanggung tanggung jawab yang Ia bebankan pada mereka.
Beberapa kasus ketika Allah memilih perempuan pada perjanjian baru yaitu Maria,
Ibu Yesus, yang Ia pilih untuk menjadi perantaraan Allah dalam proses
penyelamatan dunia. Bukan hanya itu, Lydia, Priska, Febe, mereka semua
perempuan yang dipakai Allah dalam proses penyebaran Injil pada saat itu.
Akhirnya,
memang manusia baik laki – laki maupun perempuan itu diciptakan dengan porsi
masing – masing dalam mengerjakan tugas pelayanan mereka di dunia. Laki – laki
dan perempuan saling mengisi dan tidak ada yang dominan antaa satu dengan yang
lain.
Kaitannya
dengan Kemesraan Janganlah Berlalu
Ketika
Allah mempersatukan antara laki – laki dan perempuan dalam satu bahtera rumah tangga,
Allah menginginkan tetap terjaganya kontinuitas dalam pelayanan meskipun dalam
susana yang telah berbeda. Pelayanan di sini tidak harus benar – benar
pelayanan di gereja atau di perkumpulan Kristen. Ketika semua anggota keluarga
menjalankan peran masing – masing dalam keluarga, hal itu menunjukan pelayanan
kita kepada Allah.Allah tidak menginginkan terkadinya kepudaran yang membuat
rumah tangga hancur, pelayanan berantakan atau malahan melakukan dosa.
Ketika
Allah menggabungkan dua indan menjadi satu pribadi, hendakya Allah tetap
menjadi sentral dari semua hal yang ada di dalam kehidupan berumah tangga.
Terjadinya kekerasan dalam rumah tangga menunjukkan bahwa Allah bukan tidak
memberkati mereka tetapi mereka telah mengubah sentral kehidupan mereka menjadi
hal duniawi atau ketidakseimbangan antara pelayanan dan keluraga sehingga
membawa akibat dalam rumah tangga dan tidak sedikit menyebabkan rumah tangga
itu hancur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar