Minggu, 02 Juni 2013

Gender di Alkitab



Allah memilih laki – laki atau perempuan untuk menjadi hambaNya dalam perpanjangan LidahNya kepada manusia bukan karena jenis kelamin mereka tetapi karena Tuhan meresa mereka pantas dan mempunyai porsi masing – masing dalam mengerjakan Tuhan. Pada perjanjian lama, laki – laki merupakan pemimpin dan perempuan merupakan penolong mereka sedangkan perempuan dipilih menjadi pemimpin hanya untuk beberapa kasus. Debora dan Miriam adalah contoh beberapa kasus ketika Allah memilih mereka untuk menjadi hambaNya dalam mengurus umat KesayanganNya, Israel.

Pada perjanjian baru, Allah sekali menekankan bahwa laki – laki dan perempuan itu sama di hadapan Allah(I Kor 11:3). Ketika Allah berkenan kepada laki – laki atau perempuan untuk menjalankan perintahNya, Ia tidak meninggalkan hambaNya sendirian dalam menanggung tanggung jawab yang Ia bebankan pada mereka. Beberapa kasus ketika Allah memilih perempuan pada perjanjian baru yaitu Maria, Ibu Yesus, yang Ia pilih untuk menjadi perantaraan Allah dalam proses penyelamatan dunia. Bukan hanya itu, Lydia, Priska, Febe, mereka semua perempuan yang dipakai Allah dalam proses penyebaran Injil pada saat itu.

Akhirnya, memang manusia baik laki – laki maupun perempuan itu diciptakan dengan porsi masing – masing dalam mengerjakan tugas pelayanan mereka di dunia. Laki – laki dan perempuan saling mengisi dan tidak ada yang dominan antaa satu dengan yang lain.

Kaitannya dengan Kemesraan Janganlah Berlalu


Ketika Allah mempersatukan antara laki – laki dan perempuan dalam satu bahtera rumah tangga, Allah menginginkan tetap terjaganya kontinuitas dalam pelayanan meskipun dalam susana yang telah berbeda. Pelayanan di sini tidak harus benar – benar pelayanan di gereja atau di perkumpulan Kristen. Ketika semua anggota keluarga menjalankan peran masing – masing dalam keluarga, hal itu menunjukan pelayanan kita kepada Allah.Allah tidak menginginkan terkadinya kepudaran yang membuat rumah tangga hancur, pelayanan berantakan atau malahan melakukan dosa. 

Ketika Allah menggabungkan dua indan menjadi satu pribadi, hendakya Allah tetap menjadi sentral dari semua hal yang ada di dalam kehidupan berumah tangga. Terjadinya kekerasan dalam rumah tangga menunjukkan bahwa Allah bukan tidak memberkati mereka tetapi mereka telah mengubah sentral kehidupan mereka menjadi hal duniawi atau ketidakseimbangan antara pelayanan dan keluraga sehingga membawa akibat dalam rumah tangga dan tidak sedikit menyebabkan rumah tangga itu hancur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar